Autoimun adalah penyakit yang sempat ramai dibicarakan tapi banyak desas-desus yang masih tidak jelas tentang itu. Perempuan lebih berisiko mengalaminya. Lalu apa penyebab autoimun pada wanita? Berikut wawancara Secan.id dengan dr. Okki Ramadian, Sp.Pd, FINASIM dari Raffles Garsa Medika.
Apa itu penyakit autoimun?
Suatu kondisi dimana sistem kekebalan tubuh yang harusnya menyerang musuh, seperti bakteri, virus, kuman, dan benda asing malah berbalik menyerang tubuh kita sendiri.
Apa penyebab atau faktor risiko dari autoimun?
Pada dasarnya ada dua penyebabnya. Pertama faktor lingkungan dan genetik. Lingkungan ini ditemukan karena beberapa hal. Misalnya terkena sinar matahari dengan berlebihan, tidak menerapkan hidup sehat, dan kurang olahraga.
Sedangkan genetik karena dalam garis keturunan keluarga yang pernah mengalami penyakit ini sebelumnya. Nah ini bisa diatur dengan penerapan hidup yang sehat agar penyakit tidak muncul.
Apakah perempuan lebih berisiko terkena penyakit autoimun?
Betul, karena perempuan memiliki ketidakseimbangan hormonal di tubuhnya. Misalnya karena siklus menstruasi bulanan. Hal ini bisa menyebabkan struktur dari hormon yang ada dalam tubuh perempuan itu sendiri, sehingga lebih rawan terkena penyakit autoimun.
Apa gejala awal terkena penyakit autoimun?
Penyakit ini didasari oleh proses inflamasi, jadi gejala awalnya bisa ditandai dengan tubuh yang terasa lemas, lelah yang berlebihan, nyeri pada persendian, dan nafsu makan yang turun.
Apa contoh penyakitnya?
Salah satu yang paling sering ditemui adalah systemic lupus erythematosus (SLE). Dengan gejala nyeri hebat di seluruh persendian, penurunan kadar hemoglobin, rasa lemas yang berlebih, dan
timbul bercak pada kulit.
Bagaimana mendiagnosis penyakit autoimun?
Caranya diawali dengan memberikan pertanyaan pada pasien yang berhubungan dengan keluhan pasien dan hubungannya dengan penyakit autoimun.
Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, jika tandanya semakin jelas, maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui secara lebih lanjut. Contohnya dengan pemeriksaan darah sebagai salah satunya.
Apa saja pengobatan untuk penyakit autoimun?
Untuk memutuskan pengobatan apa yang dipakai, harus dilihat dari semua aspek dulu, baik itu medis atau non-medis.
Contoh medisnya yaitu pasien akan ditekan sistem imunnya, agar bekerja dengan tepat. Beberapa caranya yakni dengan pemberian obat, salah satunya pemberian steroid atau obat lain yang menekan sistem imun. Sedangkan pengobatan dengan non-medis yakni menjaga pola makan, istirahat yang cukup, dan mengelola stres dengan baik.
Apa komplikasi serius dari penyakit autoimun?
Penyakit ini menyebabkan tiga jenis gangguan di tubuh dan hal ini pastinya akan terus dipantau pada pasien yang terkena penyakit autoimun. Yakni mengganggu tanda vital di tubuh, fungsi dari tubuh itu sendiri, dan risiko penyakit ini bisa kambuh di kemudian hari.
Gangguan yang timbul dari penyakit ini jika mengganggu tanda vital pada tubuh yakni kematian, penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) sebagai contohnya. Sedangkan yang dapat mengganggu secara fungsional tubuh yaitu rheumatoid arthritis, hal ini menyebabkan sakit pada persendian terutama lutut.
Penyakit ini memiliki potensi untuk kambuh pada masa depan jika kamu tidak menjaga kesehatan dengan baik.
Apa pencegahan yang dapat dilakukan?
Untuk mencegah penyakit ini, kamu bisa melakukan pemeriksaan untuk melihat apakah punya faktor genetik yang mewarisi penyakit ini. Kemudian juga bisa menjaga faktor lingkungan, seperti menjaga hidup yang sehat, istirahat yang cukup, dan juga pola makan yang teratur. Serta menjaga stres.
Kapan sebaiknya melakukan konsultasi ke dokter?
Jika ada riwayat dalam keluarga yang pernah mengalami penyakit autoimun, segera lakukan pemeriksaan, supaya meminimalisir risiko pada kemudian hari. Selanjutnya, kamu bisa lakukan pemeriksaan jika sudah merasa ada gejala yang timbul masih berhubungan dengan penyakit ini.
Ditinjau oleh: dr. Okki Ramadian, Sp.Pd, FINASIM