Impian adalah salah satu bahan bakar yang bisa memacu kobaran semangat agar bisa terus melanjutkan hidup. Seperti yang dialami Chandra, salah satu penderita kanker tulang kaki yang berhasil sembuh melawan ganasnya penyakit tersebut. Berikut wawancara Secan.id dengan pria yang mempunyai impian sebagai pemain sepakbola.
Bisa diceritakan awal mula menderita kanker?
Pada 2012, saya waktu itu masih anak-anak terbentur tiang gawang saat sedang olahraga sepak bola di babak pertama. Tapi tidak ada tindakan langsung setelah kejadian itu.
Saya masih melanjutkan permainannya hingga di babak kedua dan bertambah parah, hingga tidak bisa mengikuti pertandingan hingga selesai. Pengobatan pun hanya dilakukan dengan semprotan pereda nyeri.
Seminggu hingga dua minggu pasca-kejadian, saya sering merasakan ngilu dan nyeri padahal hanya berjalan sejauh 100–200 meter saja. Jadi saya selalu membawa pereda sakit sementara untuk menghilangkan rasa sakit di kakinya. Dan saya tetap melanjutkan bermain bola.
Ketika saya bermain bola, kaki saya salah menumpu saat melompat. Kaki tidak bisa ditekuk setelahnya. Ternyata ada cedera yang menyebabkan tulangnya retak.
Saya tidak melakukan pengobatan lanjut di rumah sakit. Lalu saya mendatangi tukang urut dan mengeluhkan kaki yang sakit sehabis bermain bola. Kaki yang semula bengkak kecil, menjadi bertambah besar. Baru setelah itu mendatangi dokter, hasil medis menunjukkan bahwa retak di kaki sudah terjadi lama dan menjadi tumor.
Masih belum ada penanganan medis. Keluarga membawa saya ke dokter urut lagi yang berlokasi di Bogor. Di sana, kondisi kaki saya yang tidak bisa diluruskan dipaksa melakukan itu.
Setelah tindakan itu, keretakan yang ada di dalam kaki bertambah parah. Daging dalam tulang yang mengalami keretakan itu keluar. Hal itu membuat kaki saya semakin busuk hingga bengkaknya bertambah parah dan menjadi tumor ganas atau kanker tulang.
Kemudian saya pergi ke beberapa rumah sakit untuk melakukan pengobatan, hingga akhirnya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta Pusat untuk melakukan kemoterapi.
Dalam siklus ketiga pengobatan, bengkak sudah mengecil tapi efek sampingnya membuat tulang di area selangkangannya saat itu menjadi rapuh. Saat saya mengubah posisi di tempat tidur rumah sakit, tulang tersebut patah. Dokter sudah mengatakan tidak bisa tindakan apa-apa, hanya amputasi sebagai jalan keluarnya.
Sebenarnya, dalam siklus kedua sudah ada tawaran untuk melakukan tindakan itu. Tapi saya dan keluarga mengaku belum siap hingga akhirnya diundur.
Bagaimana respons keluarga setelah mengetahui Chandra terjangkit kanker?
Orang terdekat, terutama keluarga memberikan respons positif dan semangat terus-terusan kepada saya. Membebaskan melakukan aktivitas apa pun, asalkan itu baik. Tapi ibu saya, sempat melarang untuk kembali lagi bermain bola.
Apa upaya yang telah ditempuh dalam rangka pengobatan kanker?
Saya melakukan pengobatan selama setahun penuh, dimulai dari pemeriksaan, kemoterapi, dan juga amputasi dengan pendampingan keluarga, terutama ibu.
Apa yang dirasakan ketika sudah berhasil sembuh dari kanker?
Sejujurnya, saya merasa biasa saja. Mungkin karena saat itu saya masih anak-anak, jadi tidak terlalu ambil pusing soal kejadian itu. Saya hanya bernazar akan melakukan ibadah yang taat saja.
Apa yang menjadi kunci kesembuhan Chandra?
Salah satu kunci utamanya menghadapi penyakit ini hingga bisa sembuh adalah memiliki impian. Ini yang membuat saya semangat menjalani hari-hari dalam menjalani pengobatan lalu.
Saya merasa belum bisa membuat orang tuanya bahagia dan itu salah satu alasan mengapa saya sangat ingin sembuh. Saya juga ingin menjadi atlet sepak bola adalah salah satu impian besar saat itu.
Dengan adanya impian, itu adalah salah satu tujuan seseorang bisa memiliki tujuan dan semangat hidup. Khususnya keinginan besar untuk lolos dari penyakit ini. Dan terus beribadah kepada Tuhan sebagai tempatnya mengadu ketika merasa sedang tidak baik-baik saja.
Hal apa yang sudah dilakukan setelah sembuh dari kanker?
Melatih sepak bola anak-anak adalah hal pertama yang saya lakukan setelah divonis sembuh dari kanker tulang. Hal ini yang membuat salah satu faktor yang bisa membuat saya bangkit.
Saya masih memiliki impian besar untuk menjadi atlet yang bisa mengharumkan nama bangsa. Saya ingin bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya di luar negeri mewakili Indonesia dalam hal sepak bola.
Hal itu malah bisa terwujud setelah kaki saya diamputasi. Saya menjadi salah satu atlet sepak bola amputasi yang berhasil mengikuti pertandingan di banyak negara. Kini, mimpi yang masih berusaha saya raih adalah menggapai kesuksesan pada usia muda.
Apa pesan untuk para penderita kanker di Indonesia?
Jangan pernah pesimis dan berpikir bahwa penyakit ini tidak bisa sembuh. Karena saya sudah membuktikan bahwa penyakit ini mampu dilewati. Memang sakit dan menyakitkan, ditambah pengobatannya yang tidak mudah.
Ikuti semua aturan medis yang dianjurkan dokter walaupun sulit. Dilarang untuk putus asa. Percayalah akan ada hal baik yang bisa menunggu setelah melewati masa sulit ini.
Untuk yang mendampingi pasien, dimohon jangan untuk menangis di hadapan pasien langsung. Karena itu bisa memengaruhi kesembuhan pasien, sebab menularkan rasa sedih. Sehingga sulit bagi pasien tersebut untuk memiliki rasa optimistis agar bisa sembuh dari penyakit ini.
Jangan menjenguk pasien kanker tulang kaki dengan menunjukkan rasa iba berlebih. Berikan semangat dengan cara yang ceria. Semangat itu bisa ditularkan ke pasien lainnya.