Menjaga kesehatan sangat penting, agar terhindar dari berbagai macam penyakit. Salah satu penyakit yang dikenal dengan sebutan “The Silent Killer” ini adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Disebut sebagai “pembunuh diam-diam”, karena penyakit ini tidak menyebabkan gejala jangka panjang. Tapi, penyakit ini mungkin mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Berikut penjelasannya.
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHg). Angka tersebut merujuk pada bacaan sistolik, saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh atau ketika berkontraksi. Sedangkan angka 90 mmHg mengacu pada bacaan diastolik, saat jantung beristirahat atau dalam keadaan rileks sambil mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah.
Untuk mengetahui tekanan darah normal yaitu berkisar di angka 120/80 mmHg. Saat angka sistolik dan diastolik berada di kisaran ini, maka dapat dikatakan mempunyai tekanan darah normal.
Namun, mempunyai tekanan darah normal bukan berarti dapat bersantai. Saat angka sistolik berada di antara 120-139, atau jika angka diastolik berkisar di 80-89, artinya mempunyai “prehipertensi”. Meskipun angka ini belum dapat dianggap hipertensi, tetap saja di atas normal yang perlu diwaspadai.
Jika pembacaan tekanan darah berada di atas 180/120 mmHg, atau jika mempunyai tekanan sistolik atau diastolik yang lebih tinggi dari angka ini, maka berisiko menghadapi masalah kesehatan yang sangat serius. Angka ini menunjukkan kondisi yang dinamakan krisis hipertensi.
Lihat juga: 5 Jenis Senam untuk Hipertensi
Secara umum gejala darah tinggi yaitu:
Mungkin masih ada gejala lain selain gejala-gejala tersebut. Segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan informasi lebih lengkap.
Berdasarkan penyebabnya, terdapat dua klasifikasi atau jenis. Hipertensi primer atau esensial, biasanya terjadi karena faktor keturunan atau gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, terlalu banyak mengonsumsi natrium (garam), malas bergerak, mengonsumsi alkohol berlebihan, dan obesitas.
Lalu ada yang dinamakan hipertensi sekunder, yang disebabkan karena kondisi medis lain yang menyertainya. Seperti sleep apnea, masalah pada ginjal, tumor pada kelenjar adrenal, masalah pada tiroid, atau diabetes.
Darah tinggi juga dapat timbul karena efek samping obat gagal ginjal dan perawatan penyakit jantung. Pil KB atau obat flu yang dijual di toko obat juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Wanita hamil atau yang menggunakan terapi pengganti hormon, mungkin juga mengalami tekanan darah tinggi.
Sementara anak di bawah usia 10 tahun, juga seringkali mengalami tekanan darah tinggi karena penyakit lain, seperti penyakit ginjal. Tekanan darah anak akan kembali normal setelah mengonsumsi obat darah tinggi.
Lihat juga: Cara Mengatasi Bahaya Stroke yang Mematikan
Sebagian penderita hipertensi harus mengonsumsi obat seumur hidup untuk mengatur tekanan darah. Tapi, apabila tekanan darah sudah terkendali melalui perubahan gaya hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya bisa dihentikan.
Kamu perlu memperhatikan dosis obat yang diberikan dan efek samping yang mungkin terjadi. Berikut obat-obatan yang biasanya diberikan kepada penderita:
Di samping obat-obatan, pengobatan hipertensi juga bisa dilakukan melalui terapi relaksasi, seperti terapi meditasi atau terapi yoga. Tapi, pengobatan ini tidak akan berjalan lancar bila tidak diikuti dengan perubahan gaya hidup yang sehat.
Demikian penjelasan mengenai cara mengobati hipertensi. Periksa tekanan darah secara teratur jika berisiko terkena tekanan darah tinggi. Segera konsultasikan ke dokter jika menyadari adanya gejala abnormalitas. Dengan penanganan yang tepat bisa meminimalisir terjadinya dampak negatif, sehingga pengobatan dapat lebih cepat dilakukan.