Pigmentasi merupakan salah satu masalah kulit yang dihadapi wanita dan pria, karena menyebabkan bercak gelap serta membuat warna kulit tidak merata yang muncul di sebagian tubuh.
Namun pigmentasi kulit, pigmentasi wajah, pigmentasi kulit wajah dan tangan, serta pigmentasi pada ibu hamil tetap bisa diatasi oleh dokter yang ahli di bidangnya. Berikut wawancara Secan.id dengan dr Johana Fitriani M.Farm dari Klinik Pratama dr JO mengenai cara mengatasi pigmentasi.
1. Apa itu pigmentasi?
Pigmen adalah zat warna pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Di dalam tubuh manusia pigmentasi kulit, bisa membentuk warna kulit, warna mata, ataupun warna rambut. Kelainan kulit akan terjadi jika produksi pigmen menjadi berlebihan, yang disebut dengan hiperpigmentasi. Atau produksinya berkurang disebut dengan hipopigmentasi.
2. Apa ciri-ciri pigmentasi?
Pigmentasi, paling sering kena di bagian tubuh yang terbuka, karena pigmentasi pada kulit manusia produksinya dipengaruhi banyak dan lamanya paparan sinar ultraviolet (UV).
3. Di bagian mana pigmentasi bisa terjadi?
Hiperpigmentasi biasanya terdapat di bagian tubuh yang terbuka, seperti muka, pipi, kaki, dan tangan. Sementara untuk hipopigmentasi bisa di seluruh tubuh.
4. Apa saja penyebab pigmentasi?
Pigmentasi disebabkan karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik penyebabnya ada di dalam diri kita, itu lebih susah untuk diubah atau dimanipulasi. Faktor internal juga bisa dikarenakan faktor hormonal, misalnya ibu-ibu yang sedang hamil akan berisiko terkena pigmentasi daripada yang tidak hamil. Lalu, menggunakan kontrasepsi juga akan mempengaruhi faktor hormonal, sehingga berpotensi muncul pigmentasi kulit.
Faktor eksternal lebih banyak disebabkan paparan sinar matahari, orang yang terpapar sinar matahari atau beraktivitas di luar akan lebih mudah terkena pigmentasi daripada yang aktivitasnya di dalam rumah. Faktor eksternal lainnya disebabkan obat antara lain chloroquine (sekarang banyak digunakan untuk penderita penyakit Covid-19), pemakaian jangka panjang chlorpromazine juga bisa menyebabkan pigmentasi kulit.
Selanjutnya, pigmentasi akibat penggunaan kosmetik yang tidak sesuai dengan jenis kulit hingga membuat gangguan kulit seperti alergi. Dan setelah proses alergi akan menimbulkan pigmentasi kulit. Untuk faktor eksternal lebih bisa dituntaskan dengan meminimalkan atau memilih produk yang sesuai agar tidak mudah terbentuk pigmentasi pada kulit seseorang.
Perempuan berpotensi 7-9 kali lebih besar terkena pigmentasi daripada laki-laki. Hal ini kemungkinan karena penyebab dari faktor instrinsik perempuan lebih banyak daripada laki laki, seperti gangguan hormonal karena kehamilan, penggunaan kontrasepsi hormonal dan tidak percaya diri jika tak ber-makeup.
5. Di usia berapakah kecenderungan pigmentasi terjadi?
Terjadi di masa-masa usia produktif, yaitu 25-44 tahun.
6. Apa saja jenis-jenis pigmentasi?
Biasanya dikelompokkan berdasarkan lokasi dan luasnya, terutama untuk hiperpigmentasi. Kalau terdapat hampr di seluruh bagian muka disebut melasma. Kecil-kecil berdiameter 0,3 cm menyebar bentuk tak beraturan dengan lokasinya tertentu terutama di daerah kanan dan kiri bawah mata disebut dengan freckle atau eye clip. Jika sudah ada penebalan disebut dengan hiperkeratosis. Lalu, hiperpigmentasi postinflamasi biasanya dihubungkan dengan adanya inflamasi sebelum terjadi pigmentasi.
Warna hiperpigmentasi menggambarkan kedalaman pigmentasi. Warna kecokelatan lokasi pigmentasinya ada di permukaan, semakin dalam warnanya akan lebih hitam dan lebih tegas. Semakin di daerah-daerah dermis akan menimbulkan warna yang merah kebiruan. Pigmentasi berwarna merah kebiruan akan lebih susah hilang daripada pigmentasi warna hitam karena lokasinya di permukaan kulit.
Kalau untuk hipopigmentasi yang susah hilang yang disebabkan faktor genetik seperti albino. Itu selamanya tidak bisa dihilangkan. Vitiligo kondisi imunitasnya bisa dikendalikan karena penyebabnya autoimun. Sementara untuk yang seperti jamur lebih mudah, setelah diobati akan mudah sembuh meski berada di tempat tersembunyi dengan warna keputihan. Jamur pada kulit biasanya seperti pulau, menyebarnya seperti aliran air akan melebar atau menyebar, itu untuk hipopigmentasi penyebabnya karena jamur.
7. Apa itu hiperpigmentasi dan hipopigmentasi?
Kelainan pigmen yang berlebihan disebut dengan hiperpigmentasi. Kalau kekurangan disebut dengan hipopigmentasi.
Hiperpigmentasi bisa luas, sempit, teraba, menonjol, ataupun rata dengan kulit. Tapi, jika sudah menonjol disebut dengan keratosis. Selanjutnya, jika terdapat pada daerah bawah mata yang bisa terjadi pada anak-anak maupun dewasa disebut dengan frekles. Jika luas disebut dengan melasma.
Hipopigmentasi bisa terjadi secara genetik (albino) maupun karena penyakit (autoimun, jamur). Flek juga sebagian kecil dari pigmentasi.
8. Apakah pigmentasi bisa dihilangkan secara permanen?
Pigmentasi hilang secara permanen ataupun tidak tergantung penyebab faktor intrinsik atau ekstrinsik. Untuk intrinsik lebih susah hilang atau sifatnya permanen seperti albino. Untuk yang freckle akan mudah hilang.
Untuk yang faktor ekstrinsik lebih bisa dihilangkan. Tapi karena penyebab faktor lingkungan dan aktivitas sehari-hari, penggunaan kosmetik, menggunakan obat tidak teratur, malas-malasan, maka akan menyebabkan pigmentasi timbul lagi.
Kita tidak bisa pakai krim dan tidak terpapar sinar matahari. Jadi proses terapi dari pigmentasi prosesnya harus kontinu, konsisten, dan sabar. Untuk obatnya sendiri harus disesuaikan dengan kelainan kulit. Maka itu untuk pasien yang menderita pigmentasi sebaiknya tidak coba-coba krim racikan, lebih baik dicari tahu penyebabnya.
Kemudian ada alat untuk mengetahui soal lokasi pigmentasinya apa masih di permukaan kulit atau di dermis. Kalau misalnya di dermis akan ditindaklanjuti dengan treatment jika menggunakan laser, peeling, dan lain sebagainya, pasti menyesuaikan dengan kondisi kulit.
9. Perlukah berkonsultasi ke dokter untuk mengatasi pigmentasi?
Dianjurkan saat mengobati pigmentasi sebaiknya dengan dokter dan harus kontrol. Seperti di klinik kami tiga bulan sekali pasien wajib kontrol untuk melihat apakah ada respons efek samping dari obat ataupun efek lepas obat, karena ada yang mengandung steroid, yang mempercepat kolagenisasi, sehingga lebih bagus hasilnya dan ada pula yang dipantau apakah ada alergi terhadap obat.
Kemudian, setelah melakukan tindakan jika dengan laser dan peeling, sebaiknya tidak ke luar ruangan selama tiga hari supaya tidak terbentuk pigmentasi kembali.
10. Bagaimana cara mengatasi/penanganan pigmentasi?
Harus ada penggunaan homecare yang kandungannya untuk peremajaan kulit untuk dipakai di rumah, yakni glicolic acid, vitamin C, dan lain lain. Hal terpenting juga pasien harus menggunakan tabir surya yang sesuai dengan SPF. Jika SPF 30, maka harus diulang per lima jam sekali. Kalau SPF 50 dianjurkan diulang pemakaian paling lambat delapan jam sekali.
Untuk perawatan di klinik untuk hiperpigmentasi antara lain peeling, bisa dengan alat ataupun zat kimia. Beberapa pasien sudah menggunakan sendiri home peeling. Namun, pemakaiannya harus digunakan sesuai anjuran agar tidak menimbulkan hiperpigmentasi post inflamasi. Lalu bisa saja dibantu dengan injeksi meso terapi, untuk memasukkan obat pigmentasi ke bawah kulit setiap 2 cm. Pastinya untuk melakukan tindakan tersebut kulit dianestesi dulu. Jadi tidak perlu khawatir dengan rasa nyeri, karena pasien biasanya tidak terganggu dengan itu.
Justru yang lebih sulit adalah konsistensi berobatnya karena tidak bisa sekali treatment langsung hilang. Dibutuhkan 2-3 kali treatment untuk membantu mengatasi pigmentasi dibarengi penggunaan homecare yang baik, utamanya adalah tabir surya.
11. Apakah ada efek samping dari pengobatan pigmentasi?
Pengobatan pigmentasi menimbulkan efek samping yang paling sering adalah okronosis karena untuk perawatan di dokter banyak menggunakan hydroquinone yang pemakaiannya harus dikontrol. Sebab, pemakaian selama enam bulan akan menimbulkan okronosis.
12. Butuh waktu berapa lama pigmentasi di kulit bisa dihilangkan?
Kalau masih baru, usianya masih muda, biasanya pasien kami dalam waktu tiga bulan sudah membaik. Akan tetapi kalau prosesnya sudah lama, masih menggunakan kontrasepsi penghilangan bisa memakan waktu lebih dari satu tahun. Itu yang menyebabkan biasanya pasien mengalami okronosis karena proses terapinya lebih dari enam bulan.
13. Apakah ada kemungkinan pigmentasi bisa timbul kembali setelah diobati?
Pigmentasi bisa timbul kembali untuk pasien-pasien yang sudah sembuh, maka jangan lengah, harus terus konsisten dalam proses terapinya. Bisa timbul kembali karena salah pemakaian kosmetik dan efek samping obat.
Lalu, faktor hormonal karena memakai tabir hormonal ini juga dapat menimbulkan pigmentasi kembali. Jadi prosesnya harus kontinu dan terutama jika tidak konsisten menggunakan tabir surya akan lebih mudah timbul kembali.
14. Apa pencegahan yang harus dilakukan agar pigmentasi tidak timbul kembali?
Selain mengonsumsi obat yang diberikan, bisa dicegah dengan mengonsumsi makanan yang anti-oksidan. Jika tidak suka makan sayur dan buah, kita bisa bantu dengan suplemen, tidak bisa hanya mengandalkan obat luar. Lalu, jangan sampai proses hormonal terganggu, maka itu jangan sampai kurang tidur dan yang tak kalah penting adalah menghindari rokok dan alkohol.
Jika melakukan aktivitas yang terpapar matahari, lebih baik memakai tabir surya yang SPF-nya lebih panjang. Jika berenang pakai tabir surya yang waterproof supaya bisa mencegah pigmentasi timbul kembali.
Ditinjau oleh: dr. Johana Fitriani M.Farm